"Belajar Bikin Gambar AI dari NOL! GABUNG SEKARANG!

Mengenal Sinematografi dalam Videografi (Pengertiann dan Unsur-Unsur Sinematografi)

Mengenal Sinematografi dalam Videografi (Pengertiann dan Unsur-Unsur Sinematografi)
Mengenal Sinematografi dalam Videografi

BAHYUDINNOR.COM Teknik sinematografi sudah tidak asing di dalam dunia perfilman. Banyak penghargaan untuk karya perfilman terbaik di dunia. Di Indonesia sendiri, kita mengenalnya dalam acara Festival Film Indonesia. Film yang mendapatkan penghargaan tersebut tentunya memiliki kualitas yang terbaik. Bagi Anda yang berminat mempelajari teknik dasar dalam sinematografi, sebaiknya simak ulasan di bawah ini.

Pengertian Sinematografi
Sinematografi berasal dari bahasa Yunani “kinema" yang berarti gerakan dan "graphoo" yang berarti menulis. Sinematografi adalah kegiatan menulis yang menggunakan gambar bergerak, seperti apakah gambar-gambar itu, bagaimana merangkai potongan-potongan gambar yang bergerak menjadi rangkaian gambar yang mampu menyampaikan maksud tertentu atau menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide tertentu.

Dengan kata lain Sinematografi merupakan ilmu yang membahas teknik pengambilan gambar dan rangkaian ide cerita dalam bentuk video. Orang yang bekerja di bidang ini disebut sebagai sinematografer. Profesi tersebut jelas berbeda dengan seorang videografer.

Dalam industri perfilman, seorang sinematografer disebut sebagai DOP (Director of Photography). Ia memiliki tanggung jawab atas kru kamera dan pencahayaan pengambilan gambar. Dengan demikian, posisinya lebih tinggi dibanding videographer dan lighting.

Selain itu, posisi tersebut bertanggung jawab pada sutradara mengenai teknik pengambilan gambar, kamera movement, komposisi, pencahayaan, penggunaan filter, dan lain sebagainya.

Unsur-Unsur Sinematografi
Sumber gambar premiumbeat.com
Unsur sinematografi secara umum dibagi menjadi tiga aspek yang mencakup banyak teknik yang dapat dilakukan melalui kamera yaitu Kamera dan film, Framing dan Durasi Gambar.

1. Kamera dan Film
yaitu teknik-teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dan stok filmnya seperti warna, penggunaan lensa, kecepatan gerak gambar, dan sebagainya.

2. Framing
yaitu hubungan kamera dengan objek yang diambil, seperti batasan wilayah gambar/frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera,dan sebagainya.

3. Durasi gambar
yaitu lamanya sebuah objek diambil gambarnya oleh kamera. Jika pada sebuah tulisan terdapat struktur pembentuk yaitu kata, kalimat dan alinea, maka pada sebuah film juga terdapat struktur pembentuk yaitu shot, scenė dan sequence.

1.) Shot/Take (Kalimat dalam Bahasa Televisi)
Sumber gambar filmlifestyle.com
Shot adalah bagian dari adegan. Cara membuat 1 shot film yaitu merekam gambar mulai kamera diaktifkan (on) hingga kamera dihentikan (off), itulah yang disebut dengan 1 shot. 1 shot berdurasi kurang dari 1 detik, beberapa menit, bahkan jam.

Seperti halnya kata-kata yang diajarkan kepada sesorang, satu kata diurutkan sesudah kata yang lain belum tentu membentuk kalimat yang baik dan dapat dimengerti. Begitu juga sambungan gambar-gambar dalam satu rangkaian belum tentu bermakna dengan sendirinya dan dapat dimengerti oleh penonton. Agar sambungan gambar-gambar tersebut dapat menceritakan sesuatu dan mudah dipahami oleh penonton dengan mudah, maka harus ada unsur-unsur yang menunjukkannya.

Unsur-unsur tersebut dapat dicari dalam komposisi gambar-gambar itu sendiri: Misalnya, objek yang bergerak dalam frame, dalam dialog yang diteruskan, atau dalam hubungan penonton dengan objek-objek dalam cerita itu sebagai akibat dari letak kamera atau lensa khusus yang dipergunakan.

2.) Scene/Adegan (Alinea dalam Bahasa Televisi)
Scene adalah gabungan dari shot-shot. Scene berarti satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang diikat oleh ruang, waktu, isi (cerita), tema, karakter, atau motif. Untuk membuat suatu scene, shot-shot dihubungkan satu dengan yang lain.

Hal penting yang diperlukan dalam sebuah scene adalah sebuah adegan atau action yang dipandang dari beberapa sudut kamera. Misalnya, sebuah scene mengenai perkelahian, maka gambar yang tampak adalah adegan perkelahian dari sudut kiri dan kanan, dari lawan satu ke lawan yang lain,dan sebagainya.

Ada bermacam-macam transisi untuk menyusun shot-shot menjadi scene, yaitu cut, fade in, fade out, dissolve dan wipe. Transisi-transisi ini dapat dipakai untuk menunjukkan hubungan peristiwa, pergantian waktu atau tempat.

a. Cut, adalah perpindahan atau pergantian langsung dari satu shot ke shot yang lain. Cut mempunyai fungsi untuk kesinambungan aksi, detail objek, perubahan tempat dan waktu, serta menciptakan irama kejadian.

b. Fade, adalah perpindahan shot di mana gambar berubah secara berangsur-angsur menjadi semakin tampak jelas, dari gelap ke terang (Fade-In) atau perlahan-lahan gambar semakin gelap (Fade-Out). 
Fade-in digunakan untuk membuka adegan dan Fade-Out digunakan untuk menutup adegan. Jenis transisi ini digunakan untuk perpindahan shot yang terputus waktu secara signifikan, seperti berganti hari, bulan, dan tahun.

c. Dissolve, adalah perpindahan gambar secara' tumpang tindih dari akhir suatu shot dengan awal dari suatu shot berikutnya. Transisi ini digunakan untuk perpindahan shot yang terputus waktu secara signifikan, seperti berganti Sumber: Dokumen penerbit jam, hari, dan seterusnya. Beda waktu lebih dibanding fade dan seringkali digunakan untuk menunjukkan perubahan waktu pada ruang yang sama.

d. Wipe adalah transisi dari shot satu ke shot berikutnya dengan cara gambar digeser ke kanan atau ke kiri keluar dari frame. Transisi ini digunakan untuk perpindahan shot yang terputus waktu tidak berselisih jauh (selang bęberapa menit).

3.) Sequence/Babak (Bab dalam Bahasa Televisi)
Şequence adalah gabungan dari scene-scene atau shot. Sequence berarti satu segmen besar yang memperlihatkan satu rangkaian peristiwa yang utuh dan diperoleh suatu mood tertentu. 1 sequence terdiri dari beberapa adegan yang saling berhubungan. Satu sequence dikelompokkan berdasarkan satu periode, lokasi atau serangkaian aksi panjang. 

Misalnya, sebuah sequence tentang pengejaran seorang penjahat. Terlihat dalam sequence itu, seorang penjahat yang lari melalui jalan raya, terminal, jembatan, sungai, hutan dan dibelakangnya banyak polisi yang mengejarnya beserta anjing-anjing pelacak sampai pengejaran itu berakhir, entah penjahat itu tertangkap entah tidak. 

Bila penjahat itu tertangkap, sequence berikutnya mungkin sequence di pengadilan. Kalau tidak tertangkap, sequence berikutnya adalah penjahat itu bertemu dengan teman-temannya.

Sebuah sequence biasanya terdiri dari scene-scene pendahuluan, tengah, dan akhir yang kemudian disambung oleh sequence lain dengan struktur yang sama. Berdasarkan kepandaian menggunakan jenis-jenis hubungan (transisi) shot-shot menjadi scene, dari scene-scene menjadi sequence itu, suatu cerita akan menunjukkan gaya tersendiri. 

Dengan gaya yang khusus dapat dikenali sebuah film tersebut bergenre romantik, dramatis, komedi, atau tragis.

Terdapat 5 prinsip yang perlu diperhatikan agar pengambilan gambar yang akan dilakukan mempunyai nuansa sistemik. Kelima prinsip itu adalah camera angle, continuity, close up, composition, dan cutting.

a. Camera Angle
Sumber gambar studiobinder.com
Camera angle adalah sudut pengambilan gambar suatu objek. Sebagai patokan untuk menetapkan posisi kamera dalam pengambilan gambar terdapat dua pertanyaan yang harus dijawab yaitu, dimanakah sudut pandang terbaik untuk pengambilan suatu adegan (scene) dan seberapaluas atau banyak wilayah yang harus diambil.

Pemilihan sudut pandang kamera yang tepat akan mempertinggi visualisasi dramatik dari suatu cerita. Sebaliknya, jika penempatan sudut pandang kamera dilakukan tanpa motivasi tertentu maka makna gambar yang telah direkam akan sulit dipahami oleh penonton. Oleh karena itu, penempatan sudut pandang kamera menjadi faktor yang sangat penting dalam membangun cerita yang berkesinambungan.

b. Continuity
Sebuah film harus menampilkan urutan gambar yang berkesinambungan, lancar, dan mengalir secara logis. Inilah aspek continuity sebuah film. Sebuah film, baik itu sebuah rekaman kenyataan ataupun fiksi, harus mampu memberikan sebuah realitas kehidupan yang nyata bagi penontonnya.
Sumber gambar slideshare.com
Membuat film harus direncanakan dengan baik dan detail agar kesinambungan cerita dapat terjaga dengan baik. Dalam perencanaan (pra produksi), baik itu berupa catatan-catatan ide, corat-coret outline, desain storyboard, ataupun shooting script, harus memasukkan pertimbangan kesinambungan ini, karena jika tidak dilakukan, film yang dibuat hanya merupakan kumpulan shot yang tidak jelas. Film mempunyai waktu dan ruangnya sendiri misal waktu masa sekarang, masa lampau, masa depan, dan kondisi waktu.

c. Close up (CU)
Close up pada video memberikan kemungkinan suatu penyajian yang rinci dan detail dalam suatu kejadian. Dalam sebuah pertunjukan drama, musik maupun tarian di atas panggung, penonton harus menyaksikan dari jarak tertentu dan tidak dapat berubah-ubah.

Dengan menggunakan close up, video dapat menampilkan bagian kecil dari suatu kejadian dalam adegan. Penonton sesaat dapat melihat secara detail bagian yang sangat kecil itu. Misalnya, sebuah drama panggung menampilkan adegan seorang dokter sedangkan suntik ke lengan pasien. Penonton tidak akan dapat menyaksikan dengan jelas adegan tersebut, namun dengan menggunakan close up penonton dapat melihat dengan jelas dan detil gambar jarum saat disuntikkan ke lengan pasien. 

d. Komposisi (Composition)
Sumber gambar kelasfotografi.com
Komposisi merupakan pengaturan dari unsur-unsur yang terdapat dalam gambar untuk membentuk suatu kesatuan yang serasi dalam sebuah bingkai. Seorang juru kamera harus menentukan apa yang masuk dan apa yang tidak masuk dalam gambar yang dibatasi oleh bingkai dalam view finder kamera, yang dikenal dengan istilah framing.

Cara mudah untuk mendapatkan komposisi yang baik adalah dengan menerapkan "Rule of Third". Rule of Third adalah bidang frame pada kamera seolah-olah dibagi oleh garis imajiner menjadi 3 bagian secara horizontal, dan 3 bagian secara vertikal. Komposisi terbaik dicapai apabila posisi objek utama terletak dekat salah satu titik hitam tersebut.
Penerapan Rule of Third pada objek
e. Cutting (Editing)
Sumber gambar teknosejahtera.com
Editing adalah suatu prores memilih, mengatur dan menyusun shot shot menjadi satu scene, menyusun dan mengatur scene-scene menjadi sequence yang akhirnya merupakan rangkaian shot yang bertutur tentang suatu cerita yang utuh. Dengan kata lain, pekerjaan editing adalah menyingkirkan semua yang berlebihan, yang tidak diperlukan dalam pengambilan gambar sebelumnya, termasuk pengambilan gambar yang salah.

Editor adalah seseorang yang mempunyai peran membantu atau bekerja sama dengan sutradara, mempunyai kewajiban merangkai gambar dengan baik dan teliti sehingga dapat bercerita kepada penonton. Editor harus bekerja dengan menggunakan kepekaan artistik, persepsi artistik, dan pertimbangan estetik dengan menyertakan keterlibatan batinnya menjadi bagian dari film yang akan dibuat.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang editor ketika melakukan tugas editing:
1) Memilih shot.
2) Mempertimbangkan keterpaduan dan kesinambungan.
3) Memilih jenis transisi yang digunakan.
4) Membentuk irama/tempo.

=======
Kegiatan 2.2
A. Judul kegiatan : Menganalisis Sinematografi dalam Videografi
B. Jenis Kegiatan : Kerja Mandiri
C. Tujuan Kegiatan
Peserta didik dapat menjelaskan pengertian sinematografi dengan tepat. (KD 3)
Peserta didik dapat menerapkan prinsip-prinsip pengambilan gambar menggunakan kamera video dengan terampil. (KD 4)
D. Langkah-Langkah Kegiatan:
Setelah mempelajari materi di atas, coba lakukan menerapkan satu di antara beberapa prinsip pengambilan gambar menggunakan kamera video, misalnya Camera Angle (bird eye view, high angle, low angle, eye level dan frog eye) atau Continuity atau Close Up, Composition.

=======

Bahan Materi Teknik Pengolahan Audio dan Video:

BAB I Alur Proses Produksi Multimedia
BAB II Prosedur Pengopeerasian Kamera Video
BAB III Teknik Pergerakan Kamera Saat Pengambilan Gambar Bergerak
  • Sub Materi A. Sudut Pandang Pengambilan Gambar Bergerak
  • Sub Materi B. Bidang Pandang Pengambilan Gambar Bergerak (Frame Size0
  • Sub Materi C. Gerakan Kamera dalam Pengambilan Gambar
BAB IV Tata Cahaya Gambar Bergerak
  • Sub Materi A. Mengenal Tata cahaya
  • Sub Materi B. Prinsip dan Jenis Tata Cahaya
  • Sub Materi C. Kualitas Cahaya dadn Perangkat Tata Cahaya
BAB V Penyuntingan Video Menggunakan Aplikasi Editing Pengolah Video
  • Sub Materi A. Mengenal Perangkat Lunak Pengolah Video
  • Sub Materi B Mengoperasikan Perangkat Lunak Pengolah Video
BAB VI Penggunaan Efek pada Video
  • Sub Materi A. Mengenal Efek pada Adobe Premiere
  • Sub Materi B. Preset Efek pada Adobe Premiere
BAB VII Manipulasi Audio dalam Aplikasi Pengolah Audio Digital
  • Sub Materi A. Mengenal Konversi Format Audio
  • Sub Materi B. Memanipulasi Audio Digital
BAB VIII Pengolahan Audio Dipadukan dengan Video
  • Sub Materi A. Mengolah Audio Secara Manual
  • Sub Materi B. Mengolah Audio dengan Audio Mixer
  • Sub Materi C. Memadukan Efek Audio pada Klip Video
BAB IX Mengevaluasi Produk Audio Visual
  • Sub Materi A. Mengenal Karakteristik Produk Audio Visual
  • Sub Materi B. Kriteria Penilaian Produk Audio Visual 

=====================================================================
Sumber : Buku Siswa Teknik Pengolahan Audio Video Kompetensi Keahlian Multimedia
Baca Juga
Selanjutnya kalian mau dibuatkan artikel tentang apa? Tulis dikolom komentar ya!!!

Posting Komentar